Pernahkah Anda ditakut takuti oleh teman atau saudara bahwa malam pertama adalah hal yang menyakitkan bagi para wanita ?
Kedua contoh pertanyan di atas adalah faktor penyebab terjadinya vaginismus yang dialami oleh wanita. Namun sayangnya banyak dari mereka di dunia ini yang tidak menyadari bahkan tidak tahu sama sekali tentang informasi gangguan ini.
Mungkin banyak orang yang bertanya apa yang dimaksud dengan istilah ini ?
Secara sederhananya, vaginismus adalah kondisi dimana vagina terkunci dan menegang, sehingga tidak bisa menerima benda apa pun untuk dimasuki, salah satunya oleh penis.

Dalam model Masters dan Johnson, penyebab disfungsi seksual dihipotesis memiliki satu antesenden historis atau lebih, yaitu:
1. Faktor Psikis :2. Beberapa faktor fisik, seperti :
3. Faktor-faktor sosiokultural.
Prevalensi / Terapi Disfungsi Seksual.
Kepeloporan karya Masters dan Johnsons (1970) dalam penanganan disfungsi seksual disampaikan dalam Fokus Penemuan 14.4 selama lebih dari 30 tahun terakhir para terapis dan peneliti telah mengurai laporan awal tersebut dan menyusun berbagai prosedur baru bagi para ahli klinis yang ingin memperbaiki kehidupan para pasien yang mengalami disfungsi seksual. Kami akan menjelaskan beberapa strategi dan prosedur yang memperluas karya Masters dan Johnsons. Seorang hipnoterapis dapat memilih satu teknik saja untuk satu kasus tertentu, namun karakteristik disfungsi seksual yang kompleks dan multi segi biasanya memerlukan beberapa teknik, diantaranya- Mengurangi kecemasan. Jauh
sebelum publikasi program terapi Masters da Johnsons, para terapis
perilaku memahami bahwa para klien disfungsi seksual membutuhkan
pemaparan bertahap dan sistematis pada spek-aspek situasi seksual yang
yang memicu kecemasan. Desentisisasi sistematis dan desentisisasi in
vivo (desentisisasi dengan situasi kehidupan nyata) dari Wolpe telah
digunakan dengan cukup berhasil (Anderson, 1983; Hogan 1978; Wolpe
1958), terutama jika dikombinasikan dengan pelatihan keterampilan. Contohnya,
seorang wanita yang mengalami vaginismus pertama-tama dapat berlatih
relaksasi menggunakan teknik hipnosis, kemudian berlatih memasukan jarinya atau dilator ke dalam
vaginanya, dimulai dengan sedikit memasukan jarinya dan secara bertahap
semakin dalam (Leiblum, 1997)..
- Masturbasi terarah. Kami
telah meyebutkan sebelumnya bahwa wanita yang mengalami gangguan
orgasme sering kali kurang memiliki pengetahuan tentang anatomis seksual
mereka sendiri. masturbasi terarah yang diciptakan oleh LoPiccolo dan
Lobitz (1972) merupakan suatu terapi multi langkah yang melengkapi
program Masters dan Johnson.Langkah
pertama adalah si perempuan mengamati dengan teliti tubuhnya tanpa
busana, termasuk alat kelaminnya, dan mengidentifikasi berbagai bagian
dengan bantuan diagram. Berikutnya, ia diinstruksikan untuk menyentuh
kelaminnya dan menemukan bagian yang menghasilkan kenikmatan. Setelah
langkah tersebut selesai, ia kemudian meningkatkan intensitas
masturbasinya dengan fantasi erotis. Jika orgasme belum dicapai pada
saat itu, ia diminta membeli vibrator dan diajari bagaimana
menggunakannnya dalam masturbasi. Terakhir, pasangannya terlibat dalam
terapi ini, pertama-tama mengamati pasangannya melakukan masturbasi,
kemudian melakukan pada pasangannya apa yang sebelumnya dilakukan
sendiri oleh pasangannya, dan terakhir melakukan kontak kelamin dalam
posisi yang memungkinkannya untuk menstimulasi kelamin perempuan
tersebut secara manual atau dengan menggunakan vibrator. Masturbasi
terarah tampaknya secara signifikan meningkatkan efektivitas penanganan
gangguan orgasme (O’Donohue, Dopke & Swingen, 1997) dan juga
membantu dalam penanganan gangguan nafsu seksual (Renshaw, 2001).
- Prosedur untuk Mengubah Sikap dan Pikiran. Dalam
teknik yang disebut prosedur kesadaran sensori, klien didorong untuk
merasakan sensasi menyenangkan yang menyertai gairah seksual sejak dari
permulaan. Contohnya :Sebagai
cara untuk mengantarkan individu ke perasaan yang benar-benar sensual
dan seksual. Terapi perilaku rasional emotif mencoba mengubah pikiran
“harus” menjadi pikiran yang tidak terlalu menuntut diri sendiri,
pikiran “Saya Harus” yang sering kali menimbulkan masalah bagi
orang-orang yang mengalami disfungsi seksual. Hipnoterapis harus mencoba
mengurangi tekanan yang dirasakan oleh laki-laki yang mengalami
disfungsi ereksi dengan menggugat keyakinannya bahwa kontak kelamin
merupakan satu-satunya bentuk aktivitas seksual yang sejati. Kaplan
(1997) merekomendasikan beberapa prosedur untuk mencoba meningkatkan
daya tarik seks. Ia meminta kliennya berfantasi erotik dan memberi
mereka tugas untuk menjalin hubungan dan berkencan, seperti berlibur di
akhir minggu.
- Pelatihan Keterampilan dan Komunikasi. Untuk
meningkatkan keterampilan seksual dan komunikasi, para hipnoterapis
memberikan bahan-bahan tertulis dan menunjukkan kepada klien rekaman
video dan film yang secara eksplisit mendemonstrasikan teknik-teknik
seksual (McMullen & Rosen, 1979). Hal
yang sangat penting untuk berbagai disfungsi seksual adalah mendorong
pasangan untuk saling mengkomunikasikan apa yang mereka sukai dan tidak
sukai (Hawton, Catalan, & Fragg, 1992; Rosen, Leiblum, &
Spector, 1994). Bila digabungkan, pelatihan keterampilan dan komunikasi
juga memaparkan pasien pada hal-hal yang memicu timbulnya kecemasan
–seperti melihat pasangannya tanpa busana- yang memungkinkan timbulnya
efek yang mendesensitisasi. Mengatakan kepada pasangan apa yang
disukainya dalam berhubungan seks sering kali menjadi lebih sulit karena
adanya ketegangan yang lebih dari sekedar terkait dengan hubungan
seksual, yang akan membawa kita ke strategi berikutnya.
- Terapi pasangan.
Disfungsi seksual seringkali menyatu denga perkawinan yang bermasalah,
dan pasangan yang bermasalah biasanya membutuhkan pelatihan khusus dalam
keterampilan komunikasi nonseksual (Rosen, 2000). Seperti disebutkan
sebelumnya, berbagai artikel mutakhir tentang terapi seks menekankan
kebutuhan terhadap sebuah perspektif sistem, yaitu hipnoterapis
perlu memahami bahwa masalah seksual menyatu dengan berbagai faktor
hubungan interpersonal yang kompleks (Wylie, 1997). Kadang suatu terapi
yang memfokuskan pada isu-isu nonseksual, seperti masalah dengan mertua
atau pengasuhan anak, penting dan pada tempatnya –apakah sebagai
tambahan untuk atau bahkan tipe terapi seks Masters dan Johnson.
- Teknik dan Perspektif Psikodinamika. Seorang
laki-laki mungkin tidak langsung mengakui bahwa ia tidak dapat
mengalami ereksi. Dalam kasus ini terapis harus menemukan petunjuk dalam
penuturannya. Seorang
wanita dapat merasa enggan memulai hubungan seks karena, meskipun ia
tidak mengatakan secara langsung kepada terapis, ia menganggap
asertivitas semacam itu tidak pantas dan tidak sesuai dengan peran
perempuan menurut pandangan tradisionalnya. Dalam kasus semacam itu
pandangan psikodinamika umum yang menyatakan bahwa klien sering kali
tidak mampu menyampaikan dengan jelas masalah yang benar-benar
mengganggu mereka kepada terapis dapat membantu pengukuran dan
perencanaan yang tepat untuk terapi perilaku (Kaplan, 1974). Tidak
diragukan berbagai elemen terapi psikodinamika dapat ditemukan di banyak
praktik terapi seks, sekalipun biasanya berbagai elemen tersebut tidak
dikemukakan secara eksplisit oleh para terapis ketika membahas
teknik-teknik yang mereka gunakan dalam berbagai jurnal atau dengan para
kolega.
- Teknik Hipnoterapi. Teknik ini dinilai yang paling aman dan efektif, karena menggabungkan beberapa teknik di atas dengan cara aman dan nyaman. Saat proses di hipnoterapi, pasien akan didiagnosa terlebih dahulu untuk mencari tahu akar penyebab gangguan ini, kemudian diberikan tes cognitive behaviour untuk selanjutnya ditentukan teknik terapeutik yang disesuaikan dengan kondisi pasien.
Anda mengalami masalah gangguan vaginismus?